Gambar.1
Tegangan
listrik ac (PLN) secara grafis dapat ditunjukkan seperti gambar.1, yang
dinamakan tegangan “sinus”. Pertama tegangan nol dan berubah naik –
setelah sampai puncak – kemudian turun lagi hingga nol – setelah itu
tegangan berbalik arah dan naik – setelah sampai pucak kemudian turun
lagi kembali ke nol. Hal ini diulang-ulang – dimana jumlah pengulangan
adalah 50 kali/per detik (atau frekwensi 50 Hz)
Gambar.2
(Gambar.2)
- Jika tegangan ac diumpankan ke beban yang sifatnya resistif (misalnya
solder, lampu dop, setrika), maka (I) arus yang mengalir juga berbentuk
sinus seperti halnya (V) tegangan. Jika tegangan naik arus juga ikut
naik, jika tegangan turun arus juga ikut turun secara bersamaan. Atau
dikatakan (I) dan (V) se-irama atau mempunyai “phase” yang sama.
Gambar.3
(Gambar.3)
- Jika tegangan diumpankan pada beban yang sifatnya induktif, seperti
misalnya tranfo, motor, kompresor - Maka (I) arus tetap juga berbentuk
sinus, tetapi naik turunnya tidak seirama dengan (V) tegangan. Atau
dikatakan (I) dan (V) phasenya tidak sama.
Gambar.4
(Gambar.4)
- Jika tegangan diumpankan pada beban yang sifatnya kapasitif, misalnya
switching regulator, lampu hemat enersi. Maka antara (I) dan (V)
phasenya juga tidak sama.
Apa akibatnya jika phase (I) dan (V) tidak sama?
- Kilowatt meter atau meteran listrik bekerja berdasarkan pengukuran besarnya (I) arus.
- Sedangkan Daya listrik atau watt adalah hasil perkalian (V)Tegangan x (I) Arus.
- Akibatnya jika beban listrik bersifat induktif atau kapasitif - maka seumpama kita menggunakan daya listrik 100w maka yang akan “kita bayar” ke PLN menjadi lebih besar dari dari sesungguhnya (…….misalnya saja kita bayarnya jadi 120w tergantung dari besarnya pergeseran phase) karena dalam hal (I) jadi makin besar.
- Untuk menghindari kerugian semacam ini, maka LCD maupun PDP dengan ukuran besar “di-syaratkan” agar bagian power supply diberi tambahan sirkit “PFC” (power factor correction). Tanpa sirkit PFC maka pemakaian listrik makin boros